0
Home  ›  Article  ›  curhat  ›  review

Yogyakarta: Antara Kenangan Masa Kuliah Dan Rencana Kembali Ke Sana bareng OYO

"Yogyakarta bukan sekedar tempat, melainkan kenangan dan harapan untuk kembali ke sana bareng OYO"

Malam ini hujan mengguyur Ciamis, orang-orang menghabiskan malam minggu sambil selimutan di rumah. Saya baru pulang mengantarkan kakak dari kegiatan pelatihan guru PAUD Priangan Timur pukul lima sore tadi. Rencananya malam ini mau reunian bareng teman-teman kuliah, tapi apa daya harus di-cancel gara-gara hujan. 

Tiba-tiba kenangan tahun 2016 kemarin datang melintas di benak saya. Sebuah kenangan tentang liburan ke Yogyakarta bersama teman-teman kuliah untuk ngumpulin data yang nantinya akan digunakan pada tugas kuliah. Sambil menyelam minum air ceritanya. 

Sejak awal semester, dosen kami sudah mengumumkan tentang tugas akhir mata kuliah translation yang mengharuskan kami mewawancara bule. Temanya pandangan mereka tentang Indonesia, kami bebas memilih sub-temanya. Lalu munculah ide jahat kreatif dari teman saya, sebut saja Najma, untuk melakukan wawancara di Yogyakarta. "Di sana kan banyak tempat wisata, pasti banyak bule" katanya. 

Setelah berunding dan menyusun rencana serta RAB, kami sepakat berangkat di akhir semester setelah UAS, sekitar bulan Desember. Dari 40 orang, yang ikut ada 12 orang. Yah masih geng-geng saya juga yang ikut sih. 

Kami berangkat tanggal 3 Desember 2016 selepas isya, hujan gak menghalangi keinginan kami untuk  pergi liburan. Percayalah semester akhir waktu kuliah itu berat, liburan adalah hadiah paling besar yang bisa saya berikan pada diri saya sendiri. 

Kami menyewa 2 mobil untuk berangkat, kebetulan ada beberapa orang yang juga ikut ke Yogyakarta. Di perjalanan nggak banyak yang terjadi karena kebanyakan teman saya tidur semua hahaha sebagai kawan yang baik saya merelakan diri menjadi kenek menemani Bowo yang dipaksa jadi supir. Kenapa dipaksa? Karena dari 12 orang itu, yang bisa bawa mobil cuma 2 orang!

Long story short, tibalah kami di Yogyakarta setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 10 jam. Cukup lama ya? Resiko sih, supirnya cuma satu jadi banyak istirahat. Kami sampai harus istirahat di tengah jalan, Bowo sudah gak kuat lagi melawan rasa ngantuk. Daripada terjadi apa-apa mending melipir dulu sebentar. Begitu kata Bowo dulu.  

Jadi kami menginjakan kaki di Yogya pukul enam pagi, karena masih terlalu pagi dan tempat penginapan yang kami sewa belum buka, akhirnya kami mengunjungi Keraton Yogyakarta dulu! Entah siapa yang pertama kali mengusulkannya, yang jelas kami nggak melakukan apa-apa karena di Keraton belum ada orang.

Sumpah gaje banget yang waktu itu mengusulkan ke Keraton dulu, udah mah hujan, ya jelas bakalan sepi lah. Lalu kami semua berunding untuk memutuskan tempat tujuan berikutnya, Pantai Parangtritis kami pilih sebagai tujuan pertama liburan di Yogyakarta.

Dasar sial, di tengah jalan, ban mobil yang saya tumpangi bocor. Kami pun menepi lagi sambil sarapan dan ngopi. Ajaibnya, Bowo ini multi-talenta banget, dia bisa mengganti ban mobil sendiri. Jadi kami nggak harus repot-repot mencari bengkel mobil. Thanks Bowo! wqwqwq

Perjalanan dari Keraton ke Parangtritis menghabiskan waktu dua jam. Meskipun baru sekali ke Parangtritis, tapi saya nggak menemukan hal yang baru. Namanya juga pantai kan, sama saja seperti Pangandaran.

pantai-parangtritis-2016
dokumentasi pribadi
Namun tetap saja Parangtritis meninggalkan kenangan dalam hati saya. Parangtritis adalah satu-satunya pantai-selain Pangandaran-yang pernah saya kunjungi sampai saat ini hehehe 

di-parangtritis
dokumentasi pribadi
Kami menghabiskan waktu di Parangtritis sampai penginapan buka, pukul sebelas siang kami pun berangkat ke sana dengan tubuh penuh keringat dan gatal-gatal karena belum mandi. Sampai di penginapan kami semua berebut mencari kamar mandi! Sumpah deh rasanya kayak liburan saat musim kemarau, harus ngantri dulu sebelum mandi. Tapi seru juga. 

Tanggal 4 Desember, malam harinya, kami semua keluar penginapan untuk menikmati suasana malam di Yogyakarta. Teman-teman yang lain pergi wisata kuliner ke beberapa tempat terkenal, sedangkan saya sendiri lebih memilih ngumpul bareng teman masa kecil yang kuliah di Yogya. Nganjang ceuk Sunda na mah! Lumayan kan hemat uang tapi tetap terasa liburannya :D

Boleh dibilang, hari pertama di Yogyakarta kami habiskan untuk beristirahat. Liburan yang sesungguhnya baru dimulai hari berikutnya.

Tempat wisata pertama yang kami kunjungi yaitu Candi Ratu Boko. Najma adalah orang yang merekomendasikan tempat ini, katanya, waktu itu Candi Ratu Boko sedang hits. Memang dia satu-satunya yang paling update dengan perkembangan dunia pariwisata. 

Candi Ratu Boko buat saya pribadi adalah tempat yang nyaman, indah, otentik, suasananya bikin betah banget, ditambah lagi bangunan-bangunannya juga khas. Kata Najma, harusnya ke sini pas waktu sunset, tapi dia sendiri yang ngajak ke sana siang hari.

Berbeda dari Candi Prambanan dan Borobudur, Candi Ratu Boko bangunannya nggak terlalu berdekatan tapi tersebar menjadi beberapa bagian. 

peta-lokasi-candi-ratu-boko
dokumentasi pribadi
Nah keliatan kan gimana besarnya komplek wisata Candi Ratu Boko? Oh ya, btw itu yang pake baju batik merah adalah Bowo ya teman saya yang dipaksa jadi supir tea. 

Ada beberapa bangunan yang masih menempel jelas di ingatan saya sampai sekarang. Pertama area masuk yang punya "dua lapis" pintu gerbang. Gerbang pertama jauh lebih rendah daripada gerbang kedua, mungkin karena bentuknya juga sih. 

Buat kamu yang hobi selfie, gerbang ini sangat cocok loh. Pintu-pintu gerbangnya bisa dijadikan bingkai "alami" buat fotomu. Sayangnya dulu saya gak sempat selfie, cuma fokus menikmati keunikan bangunannya doang 

gerbang-candi-ratu-boko
dokumentasi pribadi
Gerbang ini menyatu juga dengan benteng yang mengelilingi komplek Candi Ratu Boko. Mungkin semacam benteng pertahanan pada jamannya ya, jadi yang masuk ke dalam hanya bisa lewat pintu gerbang saja. 

Di dalamnya lagi, ada beberapa bangunan yang memiliki permukaan datar, termasuk tempat yang hits dan banyak dijadikan spot foto saat sunset tiba. Ada juga tempat yang dulunya merupakan kolam pemandian, lalu bekas sumur juga ada. 

Tapi gak cuma bangunannya saja, di Candi Ratu Boko ini juga ada hewan-hewan yang dibiarkan berkeliaran sambil makan rumput. Salah satunya adalah kambing. 

kambing-di-ratu-boko
dokumentasi pribadi
Sayang sekali cuaca yang mendung membuat kami gak bisa berlama-lama di sini karena harus segera ke Candi Prambanan untuk mengambil data buat tugas kami. 

Tahun 2016 kemarin merupakan kedua kalinya saya menginjakan kaki di Candi Prambanan. 8 tahun setelaah study tour di SMP dulu. Cukup lama juga ya? Empat tahun lalu sedang dilakukan perbaikan di beberapa bangunan candi, entah apakah masih tetap berlanjut sampai sekarang atau sudah selesai. 

Karena kami punya hajat yang harus dituntaskan di Candi Prambanan, waktu yang kami habiskan juga lebih lama lagi. Setengah dari kami langsung mencari bule buat diwawancara, setengahnya lagi memilih fokus liburan, termasuk saya wkwkwk

Gimana ya, rasanya sayang banget kan kalau harus melewatkan waktu berkeliling dan melihat-lihat kompleks Candi Prambanan? Nggak deng, jangan ditiru ya, memang kelompok saya sudah menemukan bule buat diwawancara di Ciamis. Jadi bisa fokus liburan di Yogyakarta hahaha

candi-prambanan
dokumentasi pribadi
Sejak mengenal bangunan Candi 12 tahun yang lalu, saya selalu terobsesi dengannya. Candi-candi yang menjulang tinggi yang dibangun dengan cara menyusun batu-batu itu buat saya keren banget! Bayangkan saja, jaman dulu belum ada teknologi seperti sekarang tapi orang-orang sudah bisa membangun sesuatu yang megah. 

Coba bandingkan dengan rumah-rumah saat ini, kebanyakan memerlukan semen dan pasir untuk merekatkan batanya. Kebayang gimana pintarnya orang-orang masa dulu merancang pembangunan candi-candi ini?

Saya juga sempat masuk ke salah satu bangunan candi yang di dalamnya terdapat patung dewa. Ada juga candi yang di pintu masuknya terdapat patung hewan, katanya itu merupakan kendaraan dewa-dewa yang ada di dalam candi tersebut. 

candi-prambanan
dokumentasi pribadi

candi-prambanan
dokumentasi pribadi

candi-prambanan
dokumentasi pribadi
Sungguh lama waktu yang kami habiskan di Prambanan. Sejak pukul satu siang sampai dengan pukul lima sore kami berkeliling di Prambanan. Benar-benar puas banget deh. Rasa kangen yang sudah dipendam sejak tahun 2008 terbayar dengan waktu selama itu. 

Teman-teman saya yang lain pun mendapatkan data yang mereka butuhkan buat tugas akhirnya. Kesimpulan dari kunjungan kami ke Prambanan adalah: KAMI SEMUA PUAS!!

Selepas dari Prambanan kemudian kami berangkat ke Malioboro demi memuaskan keinginan para wanita berbelanja. Rintik hujan nggak menghalangi semangat mereka buat shopping. Sedangkan para laki-laki ya apalagi sih selain ngopi dan ngerokok? 

Oh ya tips buat kamu, kalau liburan ke Yogyakarta dan ingin belanja di Malioboro, saran saya mendingan berangkat pas hari terakhir alias mepet waktu pulang. Biar nggak terlalu boros! Ingat harus jaga duit demi masa depan gaes!!

Sebelum pulang kembali ke Ciamis, kami menyisihkan waktu buat pergi ke satu tempat wisata di Yogyakarta yaitu bukit bintang. Kesan yang paling saya ingat dari tempat ini yaitu cuacanya yang dingin, tapi pemandangannya indah banget. Dinginnya tuh sampai waktu saya bikin mie rebus dan kopi. panasnya cuma bertahan beberapa menit doang. 

Tapi semua terbayarkan dengan pemandangan gemerlap lampu kendaraan dan rumah-rumah di bawah. 

Tanggal 6 Desember 2016, saya tiba di Ciamis dan pulang dengan perasaan senang serta energi yang kembali penuh. Hahaha Istilahnya mau diajak ngerjain tugas seharian pun dijabanin lah!

Sejak saat itu, hubungan pertemanan kami jadi semakin erat dan bahkan bisa dibilang sudah seperti keluarga. Kalau dibikin judul film mungkin jadi Yogyakarta Menyatukan Kami~

yogyakarta-2016
dokumentasi pribadi


yogyakarta-2016
dokumentasi pribadi

Begitu istimewa Yogyakarta sampai kenangan empat tahun yang lalu masih terpatri dalam ingatan saya. Karena itu, liburan ke Yogyakarta masuk wishlist saya sejak tahun 2016 yang lalu. Artinya sudah empat tahun berturut-turut keinginan saya buat liburan ke Yogyakarta gagal terwujud. 

Ada saja halangannya, skripsi lah, kakak saya sakit, kerjaan dan masih banyak yang lainnya. Di sisi lain, urusan biaya pun cukup jadi masalah. Tahun 2008 dulu, saya harus mengeluarkan biaya sekitar Rp.500.000 buat pergi ke Yogya bareng temen-temen yang lain. Sedangkan di tahun 2016 kemarin, saya mengeluarkan biaya Rp. 300.000 hanya untuks sewa mobil, penginapan dan biaya masuk ke tempat wisata, belum termasuk jajan, makan, rokok dan yang lainnya. Kebayang kan berapa biayanya kalau harus pergi sendirian? 

Kalau saya bisa kembali ke Yogyakarta....

Kalau saya bisa kembali ke Yogyakarta saya ingin menghabiskan waktu dengan menikmati suasana ketenangan Kota Pelajar tersebut. Untuk destinasi wisayanya, yang paling ingin saya kunjungi sekarang sih The Lost World Castle yang sempat hits kemarin, . 

Sekilas Tentang The Lost World Castle
the-lost-world-castle
the lost world castle. credit: hipwee.com
Jadi destinasi wisata yang satu ini terkenal karena keunikannya. Seperti namanya, di tempat ini ada bangunan mirip kastil seperti di acara benteng takeshi dan yang paling penting ada juga pohon yang mirip pohon sakura. 

Jepang banget deh pokoknya, dan Jepang-semoga bisa-akan saya kunjungi suatu hari nanti kalau dah punya duit banyak! Untuk sekarang, The Lost World Castle bisa jadi alternatif dulu karena biayanya lebih murah. Hehehe 

Oh ya, di sini juga ada replika Stonehenge yang ada di Inggris sana, juga kapal Phinisi yang terkenal di Film Pirates Of The Caribbean itu loh. Lengkap banget kan? Udah gitu, harga tiket masuknya juga murah. Cuma Rp. 25.000 pas weekdays, dan Rp. 30.000 pas weekend. Duh menggoda sekali kan? 

Tapi nggak semudah itu juga ferguzooo! Yang jadi kendala adalah tempat saya tidur alias hotelnya. Secara harga hotel kan mahal-mahal. Modal Rp. 500.000 pun nggak cukup kalau harus nginep di hotel mah. 

Ya memang ada sih tempat penginapan yang murah, tapi kan kualitasnya itu loh. Begini-begini saya nggak bisa toleransi kalau masalah tempat tidur mah. Gimana ya, tidur kan waktunya tubuh kita buat istirahat, kalau tempat tidurnya nggak nyaman gimana bisa istirahat dengan tenang kan?

Beruntung sekarang sudah banyak tersedia Hotel Murah di Yogyakarta yang ramah dompet dan tabungan. Istilahnya meskipun liburan sendirian saya masih sanggup membayarnya. 

Nah salah satu hotel murah tersebut dimiliki oleh OYO Hotels Indonesia. Pertanyaan berikutnya adalah: apakah hotel dari OYO ini worth to rent? 

Ada satu OYO hotels yang lokasinya cukup dekat dari The Lost World Castle, yaitu OYO 1962 Anugerah Wisata. Alamatnya ada di Jl. Waru No. 21, Kaliurang, Hargobinangun Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta. 

Dari hotel ke The Lost World Castle hanya butuh waktu 20 menit karena jaraknya juga gak lebih dari 10km. Nggak bakal menghabiskan banyak waktu deh. 

Sumpah deh, website resmi OYO isinya kumplit banget! Saya nggak perlu cari informasi tambahan kesana-kemari lagi. Berikut ini screenshot fasilitas yang ada di 1962 Anugerah Hotel:

fasalitas-hotel
oyorooms.com
Wifi? ada
Kasur gede? ada
Checkinnya gampang? ada
Keamanan? ada
Televisi dan AC? ada

Hmmm apalagi ya? 

Parkir? Ada, tapi saya nggak akan bawa kendaraan juga sih. 
CCTV juga ada, jadi saya nggak perlu khawatir kehilangan barang-barang.

Oh iya, tempat nongkrong! Sebagai orang Ciamis asli, nongkrong sudah jadi budaya buat saya. Pokoknya di manapun harus bisa nongkrong, entah itu warung kopi atau sekedar halaman belakang. Hebatnya lagi, di hotel ini ada halaman belakangnya! Rasanya saya mulai jatuh cinta sama OYO hotels deh!

FYI juga, di OYO 1962 Anugerah Wisata ini ada dua kategori kamar, yaitu Saver Double dan Standard Family. 

harga-kamar
oyorooms.com

Saver Double
oyorooms.com

oyorooms.com

oyorooms.com

Standard Family
oyorooms.com

oyorooms.com

oyorooms.com
oyorooms.com

oyorooms.com

oyorooms.com

oyorooms.com
Mari kita kalkulasikan dengan seksama apakah hotel ini akan saya pilih? Kalau dilihat dari segi harga yang murah, ruangan kamar yang bersih, halaman belakang yang nyaman dan tempat-tempat lainnya, OYO pilihan paling cocok buat saya. 

Semua fasilitas dan pelayanan tersebut bisa saya dapatkan dengan harga Rp. 150.000-an. Artinya hitungan yang sudah saya simpan sebelumnya gugur semua karena dengan OYO Hotels Indonesia sudah terpecahkan masalah saya soal tempat penginapan. Fix!! I Love OYO VERY MUCH!

Oh ya, satu lagi deh yang bikin saya makin cinta OYO, mereka suka ngadain giveaway di akun media sosialnya. Nggak percaya? cek aja langsung sosial media mereka. Saya sudah beberapa kali ikutan tapi belum rezekinya hahaha

akun-media-sosial-oyo-indonesia
akun media sosial OYO Indonesia
Hujan sudah reda, nggak terasa saya sudah menceritakan semua kenangan dan keinginan saya tentang Yogyakarta pada kalian semua di sini. Yah, untuk sekarang memang masih sebatas keinginan saja, tapi saya akan berusaha keras buat mewujudkannya. 

Artikel ini nantinya akan saya update kalau suatu saat nanti di tahun 2020 ini saya berhasil berangkat ke Yogyakarta kemudian mengunjungi The Lost World Castle sambil nginep di OYO Hotels Indonesia. Doakan saja ya gaes~

Additional JS